Timun Emas (Cerita Dari Jawa Tengah)

Sabtu, 23 Juli 2011

| | | 0 komentar


Dahulu kala hiduplah sepasang suami isteri. Mereka hidup bertani. Sayang sekali mereka tidak dikaruniai anak.

Tak henti-hentinya mereka berdoa agar mendapat seorang anak. Pada suatu hari lewatlah seorang raksasa. Ia mendengar doa mereka. Karena kasihan, ia memberikan sebutir biji ketimun dan menyuruh mereka menanamnya. Ia berpesan, “Ingat, kalian harus mengembalikan anak kalian kepadaku bila nanti ia sudah dewasa.”

Suami istri itu menanam biji ketimun dan merawat tanaman ketimun itu dengan penuh harap.  Pada suatu hari tumbuh sebuah ketimun yang berbeda dengan buah ketimun biasa. Buah ketimun itu tumbuh menjadi sangat besar dan berwarna keemasan. Ketika buah ketimun itu sudah cukup masak, mereka memetiknya dan membelahnya. Di dalam buah ketimun besar itu ada seorang bayi perempuan yang cantik.

Bayi itu mereka beri nama Timun Emas. Ia tumbuh menjadi anak perempuan yang cantik dan cerdas. Walaupun orang tuanya sangat senang, mereka juga khawatir raksasa akan datang dan meminta anak itu kembali.

Timun Emas sekarang berumur lima belas tahun. Ia sudah menjadi gadis remaja yang cantik. Pada suatu hari, raksasa datang. “Petani, sudah saatnya kauberikan anakmu kepadaku.”

“Raksasa,” kata pak tani, “Anakku Timun Emas sedang ke kebun, tunggulah, istriku akan memanggilnya.”

Sementara itu istri petani membekali Timun Emas dengan sebuah kantung kain kecil. “Nak,” katanya, “bawalah ini. Di dalam kantung ini ada benda-benda yang dapat menyelamatkanmu dari sang raksasa. Sekarang kau larilah,” 
katanya sambil mendorong Timun Emas keluar dari pintu belakang.

Raksasa menunggu lama sekali, namun Timun Emas tidak kunjung kembali ke rumah. Akhirnya ia sadar bahwa pasangan suami istri itu membohonginya.
Raksasa mengamati sekelilingnya. Mula-mula ia tidak melihat apa-apa. Kemudian ia melihat semak-semak bergerak-gerak di kejauhan. Lalu ia melihat Timun Emas lari. Raksasa pun segera mengejarnya.

Timun Emas melihat raksasa mendekat. Ia meraba-raba dalam kantung dan menemukan segenggam garam. Ia melemparkan garam itu ke depan raksasa. Tiba-tiba di depan raksasa terbentang laut yang luas. Raksasa menyeberanginya dan dalam sekejab ia sudah mengejar Timun Emas lagi.

Timun Emas mencari-cari dalam kantungnya. Ia menemukan segenggam cabai. Cabai itu ia lemparkan ke depan raksasa dan menjelma menjadi hutan yang lebat. Sulur-sulur tumbuhan menjerat tangan dan kaki raksasa namun ia dapat memutuskannya dan kembali mengejar Timun Emas.

Timun Emas kembali mencari dalam kantungnya, ia menemukan segenggam biji ketimun. Biji-biji itu ia lemparkan ke arah raksasa langsung tumbuh menjadi hutan ketimun dengan buah yang banyak dan ranum. Raksasa tak dapat menahan diri dan langsung memakan semua buah ketimun. Ia pun kekenyangan dan mengantuk. Raksasa tertidur. Timun Emas kembali berlari.

Namun tak lama kemudian raksasa terbangun dan kembali mengejar. Timun Emas mengguncang-guncang kantung pemberian ibunya. Isinya hanya satu benda lagi. Semoga kali ini ia berhasil menyelamatkan diri dari raksasa. Dengan gemetar ia mengeluarkan benda yang ada dalam kantung. Ternyata di tangannya ada segumpal terasi. Dapatkah terasi menyelamatkannya? Ini kesempatannya yang terakhir. Ia pun melemparkan terasi ke depan raksasa. Terasi menjelma menjadi rawa-rawa berlumpur pekat. Raksasa tercebur ke dalam lumpur. Mula-mula ia terbenam sedalam lutut, makin ia bergerak, makin dalam ia tenggelam. Raksasa menjadi marah dan makin berontak. Bukannya terbebas dari lumpur, ia justru tenggelam di dalam lumpur.

Timun Emas menenangkan diri. Ia takut raksasa akan muncul kembali dari dalam kubangan lumpur. Cukup lama ia menunggu, raksasa tidak muncul. Timun Emas pun pulang ke rumah orang tuanya. Mereka sudah terbebas dari ancaman raksasa.


Kisah Kancil dan Pak Tani

Selasa, 12 Juli 2011

| | | 0 komentar

Seekor kancil hidup di tepi hutan. Ia suka makan buah-buahan, akar-akaran dan tunas pohon. Namun ia lebih menyukai sayuran di ladang pak tani.
Pada suatu hari kancil pergi ke ladang pak tani. Ia melihat ketimun yang sudah siap dipetik. Ia langsung mengambil sebuah dan memakannya. Ia lalu berjalan untuk mengambil sebuah lagi, namun kakinya terkena jerat. Ia meronta dan menarik-narik jerat itu namun tak berhasil melepaskan diri.
Kemudian ia melihat pak tani mendekat. Ia lalu berbaring di tanah dan mengakukan badannya seolah-olah mati.
Pak tani menyentuh tubuh kancil dengan kakinya. Kancil tak bergerak. Pak tani pun melepaskan jerat dari kaki kancil dan melemparkan tubuh kancil ke luar ladang. Begitu tubuhnya menyentuh tanah, kancil melompat dan lari.
Di belakangnya kancil mendengar pak tani berteriak, “Dasar nakal, dia menipuku!”
Beberapa hari kemudian kancil kembali pergi ke ladang. Ia ingin makan ketimun lagi. Ia melihat pak tani berdiri di sudut ladang. Ketika ia perhatikan ternyata itu bukan pak tani tapi orang-orangan sawah.
“Hanya boneka!” kata kancil. “Pak tani bodoh, ia mengira aku takut kepada boneka ini? Akan kutunjukkan betapa takutnya aku!”
Kancil menghampiri orang-orangan sawah itu dan memukulnya keras-keras. Namun tangannya menempel pada orang-orangan sawah. Pak tani telah melumuri boneka itu dengan getah karet yang lengket.
“Lepaskan aku!” kata kancil. Ia meronta-ronta. Kemudian ia mendorong boneka  dengan tangan yang sebelah lagi. Tangan itu juga menempel pada orang-orangan sawah.
Kancil terus meronta, dan akhinya ia mendorong boneka itu dengan kedua kakinya. Kakinya juga menempel. Ia terperangkap.
Kemudian ia melihat pak tani, ia mencoba mencari akal agar dapat meloloskan diri, namun gagal.
“Kau baik sekali mau datang lagi,” kata pak tani.
Ia melepaskan kancil dari orang-orangan sawah dan membawanya pulang. Pak tani mengurung kancil dalam sebuah kandang ayam kosong di halaman rumah.
“Kau tunggu di sini aja,” kata pak tani, “Besok kau akan menjadi makan malam kami.”
Kancil tidak dapat tidur. Ia mencari-cari akal untuk melarikan diri, namun tak satu gagasan pun muncul di kepalanya. Saat matahari terbit, kancil berbaring putus asa.
“Wah, wah, si kancil. Kau tertangkap juga akhirnya!”
Itu suara anjing peliharaan pak tani.
“Apa maksudmu? Pak tani tidak menangkapku.”
“Lalu kenapa kau ada di dalam kandang ayam?”
“Karena tidak ada kamar kosong di rumah. Kau tahu, pak tani mengadakan pesta besok. Aku akan menjadi tamu kehormatan.”
“Kau, tamu kehormatan?” kata anjing. “Aku telah bertahun-tahun mengabdi padanya dan kau cuma pencuri. Seharusnya akulah yang menjadi tamu kehormatan!”
“Benar juga,” kata kancil. “Kalau begitu, kau gantikan aku saja di sini. Jika pak tani melihatmu di sini, kaulah yang akan dijadikan tamu kehormatan.”
“Kau tidak keberatan?” tanya anjing.
“Tentu saja tidak. “
Sang anjing mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada kancil.
Maka anjing itu mengangkat kandang ayam dan membiarkan kancil keluar, kemudian ia sendiri masuk ke dalamnya.
Kancil lari ke tepi hutan. Ia mengamati rumah pak tani. Ia melihat pak tani mendekati kandang ayam dan kemudian ia mendengar pak tani berkata.”Kau anjing bodoh. Kau melepaskan kancil.”

Mengapa Nyamuk Menghisap Darah?

Selasa, 05 Juli 2011

| | | 0 komentar
Di seluruh dunia ada sekitar 2700 jenis nyamuk. Ada sekitar 100 triliun nyamuk di dunia hari ini.

Hanya beberapa spesies nyamuk menggigit dan menghisap darah manusia dan hewan, itu pun hanya nyamuk betina saja. Nyamuk betina membutuhkan protein darah untuk mematangkan telur dalam rubuh mereka. Nyamuk jantan menghisap cairan tumbuh-tumbuhan.

Seekor nyamuk dapat terbang dengan kecepatan satu setengah kilometer per jam bahkan lebih.
Seekor nyamuk dapat mencium bau manusia atau sapi sejauh 20-35 meter.

Nyamuk sebenarnya tidak menggigit, karena nyamuk tdak dapat membuka rahang mereka. Mereka mempunyai semacam tabung di mulut mereja. Di dalam tabung ini terdapat enam buah jarum yang digunakan untuk menusuk kulit kita. Nyamuk menghisap darah melalui pipa itu seperti kita minum dengan sedotan. Air liur nyamuk mencegah darah membeku, dan menyebabkan rasa gatal di kulit kita.

Kita sering mendengar bahwa beberapa penyakit ditularkan oleh nyamuk seperti Malaria, demam berdarah dengue (DBD). Nyamuk menggigit penderita dan 10 hari kemudian nyamuk itu sudah dapat menularkan penyakit kepada orang yang digigitnya.

Nyamuk bertelur di genangan-genangan air, jadi untuk memberantas nyamuk, kita dapat sesering mungkin  menguras bak-bak air, mengganti air dalam vas bunga. Kita juga tak boleh membiarkan barang-barang bekas menampung air sehingga dapat digunakan nyamuk untuk bertelur.

Nenek dan Tabib

Jumat, 01 Juli 2011

| | | 0 komentar

Seorang nenek  hampir buta karena penyakit mata yang dideritanya. Ia menemui seorang tabib dan mereka sepakat bahwa nenek itu akan memberikan banyak uang bila tabib dapat menyembuhkan matanya. Sebaliknya bila tabib itu gagal, ia tidak akan menerima apa pun.  dari sang nenek.

Tabib menyiapkan serangkaian pengobatan, dan setiap kali ia mengunjungi wanita tua itu untuk mengobatinya, ia mengambil sebuah perabotan dari rumah itu. dan membawanya pulang. 

Ketika akhirnya ketika ia mengunjungi nenek itu untuk terakhir kalinya karena pengobatan telah selesai, tidak satupun barang tertinggal dalam rumah itu.

Ketika wanita tua itu melihat bahwa rumahnya kosong, ia menolak membayar upah sang tabib.

Sang tabib menuntutnya. Wanita tua itu diibawa ke pengadilan, namun ia sudah siap dengan pembelaannya, “Saya memang setuju untuk membayar tabib apabila ia menyembuhkan saya, dan saya tidak perlu   mengeluarkan uang bila ia tidak berhasil."

"Sekarang ia mengatakan bahwa saya sudah sembuh," lanjutnya. "Tetapi saya merasa bahwa sekarang saya bahkan lebih buta daripada sebelum diobati. Saya dapat membuktikannya."

"Ketika penglihatan saya buruk saya dapat melihat banyak perabotan dan benda-benda lain di rumah saya. Sekarang kata tabib mata saya sudah sembuh, saya justeru tidak melihat apa-apa dalam rumah saya.”