Arti Ketupat Lebaran

Senin, 29 Agustus 2011

| | | 0 komentar

Lebaran tidak lengkap tanpa ketupat. Namun , mengapa harus ketupat dan opor ayam? Bukan sate ayam atau rendang daging atau ikan bakar?

Tradisi ketupat Lebaran diperkirakan dimulai ketika agama Islam masuk ke pulau Jawa. Ketupat dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam jalinan daun kelapa atau janur yang masih muda, kemudian direbus selama 4 sampai 5 jam.

Ketupat dibuat dan dinikmati keluarga sebagai tanda berakhirnya bulan puasa dan awal hidup yang baru. Ketupat lengkap dengan opor ayam dan sambal goreng biasanya diantarkan ke tetangga dan kerabat terutama yang lebih tua sebagai lambang kebersamaan.

Ketupat mempunyai beberapa arti tersendiri, jalinan janur pembungkus ketupat melambangkan berbagai kesalahan yang dilakukan manusia. Setelah dibelah, warna ketupat yang putih melambangkan kesucian manusia setelah memohon maaf atas kesalahannya. Bentuk ketupat yang khas melambangkan kesempurnaan. Semua arti ini berhubungan dengan kemenangan umat Muslim setelah berpuasa sebulan lamanya dan tiba di hari yang fitri.

Selamat Idul Fitri 1 Syawal  1432 H 


Kabar Buruk

Minggu, 28 Agustus 2011

| | | 1 komentar


Pada suatu hari, seekor kelinci kelabu sedang tidur-tiduran di bawah pohon beringin.  Ia sedang berpikir, “Bila bumi ini pecah, maka terjadi kiamat. Apa yang akan terjadi padaku?” Tiba-tiba, ia mendengar suara benturan keras. Ia melompat kaget. “Kiamat! Bumi meledak!”  Ia pun lari tunggang langgang tanpa melihat sekelilingnya.

Ketika ia berlari di hutan, seekor kelinci lain melihatnya dan bertanya, “Hei, kau lari cepat sekali. Mau ke mana?”. Kelinci kelabu menjawab, “Bumi akan meledak! Kau lebih baik lari juga!” Kelinci kedua lari lebih cepat dari kelinci kelabu.  Sambil berlari mereka berteriak kepada kelinci-kelinci lain, “Bumi meledak. Bumi Meledak. Kiamat!”  Dalam waktu singkat ribuan kelinci berlarian hiruk pikuk di seluruh hutan.

Melihat begitu banyak kelinci berlari-lari, hewan-hewan lain ikut ketakutan. Berita menyebar dari mulut ke mulut dan dalam sekejab semua hewan tahu bahwa bumi akan meledak. Reptil, burung, serangga dan hewan berkaki empat, pendeknya semua hewan,  ikut berlari ketakutan. Semua ingin menyelamatkan diri dan jeritan ketakutan mereka menyebabkan suasana menjadi kacau balau.

Seekor singa berdiri di atas bukit, ia melihat semua hewan berlomba-lomba lari. Ia segera menuruni bukit dan mencegat mereka. “Stop! Stop!” teriaknya menghentikan mereka. Hewan-hewan berhenti berlari, beberapa ekor saling bertabrakan dan menginjak yang lain. Beberapa kelinci juga menabrak sang singa.

“Apa yang terjadi? Mengapa kalian semuanya lari?” tanya singa.

“Bumi meledak,” jawab seekor kakak tua.

“Kata siapa?” tanya singa lagi.

“Aku dengar dari monyet.”

Ketika para monyet ditanya, mereka berkata bahwa mereka mendengarnya dari para harimau. Harimau mendengar berita itu dari gajah. Gajah mengatakan bahwa sumber beritanya adalah banteng. Akhirnya mereka semua bertanya kepada para kelinci, satu per satu menunjuk sang pembawa berita. Hingga akhirnya mereka menemukan sumber berita buruk itu.

Singa bertanya kepada kelinci kelabu, “Mengapa kau berpikir bahwa bumi ini akan meledak?” Kelinci kelabu menjawab sambil terengah-engah, “Baginda, aku mendengar  dengan telingaku sendiri, bumi pecah.”

Singa meneliti suara yang didengar kelinci kelabu. Ternyata penyebab seluruh kekacauan itu adalah sebuah kelapa besar yang jatuh menimpa tumpukan batu di bawahnya dan menyebabkan batu-batu itu longsor.

“Nah, kalian lihat sendiri,” kata singa. “Bumi kita aman. Sekarang kalian pulanglah.”

“Lain kali, bila mendengar kabar apa pun, selidikilah dulu sebelum bertindak.”
Para hewan saling berpandang-pandangan dengan malu. Perlahan-lahan mereka membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.


Pocahontas ((1595 – 21 Maret 1617)

Sabtu, 27 Agustus 2011

| | | 0 komentar


Anda mungkin pernah menonton film animasi Disney yang berjudul Pocahontas dengan Mel Gibson sebagai pengisi suara tokoh Kapten John Smith. Mungkin anda tidak tahu bahwa Pocahontas benar-benar ada. Inilah kisah nyata yang mengilhami film animasi yang terkenal itu.
Pada tahun 1595 lahirlah seorang anak perempuan bernama Matoaka di suku Indian Powhatan di Virginia, Amerika Serikat.  Setelah ia tumbuh besar ia dikenal dengan panggilan Pocahontas yang artinya “si nakal kecil”.

Pada tahun 1607 pemerintah Inggeris membentuk koloni baru di Jamestown, Virginia. Musim   dingin pada tahun 1608 sangat  buruk sehingga perbekalan penduduk Jamestown menipis. Kapten John Smith memimpin beberapa prajurit berburu di hutan untuk mencari tambahan makanan. Sayangnya mereka tertangkap oleh suku Powhatan dan semuanya terbunuh kecuali Kapten John Smith sendiri. 

John Smith dibawa menghadap kepala suku Powhatan, ayah Pocahontas. Kepala suku memerintahkan agar John Smith dibunuh, namun Pocahontas yang baru berumur 13 tahun memohon kepada ayahnya agar John Smith dibebaskan.

Beberapa tahun kemudian Pocahontas memperingatkan penduduk Jamestown akan serangan suku Indian sehingga mereka selamat.

Pocahontas kemudian bersahabat dengan penduduk Jamestown. Bahkan kemudian ia menganut agama Kristen dan dibaptiskan dengan nama Rebecca. Setahun kemudian pada 1614 ia menikah dengan John Rolfe dan kemudian melahirkan putera mereka Thomas.

Pocahontas bersama suami dan puteranya mengunjungi Inggris  pada tahun 1616. Mereka disambut dengan meriah sebagai Indian Princess.  Ia diundang ke istana untuk menemui Raja James I dan Ratu Charlotte dan dianugerahi  gelar “Lady”.
Sayangnya beberapa bulan setelah itu Pocahontas jatuh sakit dan meninggal. Ia dimakamkan di Inggris.
Lady Rebecca Rolfe atau Pocahontas akan selalu dikenang sebagai puteri Indian yang sangat berani dan rela mengorbankan jiwa raganya untuk menyelamatkan Kapten John Smith dan penduduk Jamestown. 




Kisah si Buta dan Ular

| | | 0 komentar



Dahulu kala, seorang buta pergi bersama seorang teman yang dapat melihat. Mereka berkuda sepanjang hari. Ketika malam tiba, mereka beristirahat di padang rumput.

Menjelang fajar, mereka bersiap-siap melanjutkan perjalanan. Si orang buta mencari-cari cambuknya. Kebetulan seekor ular berbaring di dekatnya, kaku karena kedinginan.

Orang buta memegang ular itu dan berkata dalam hati, “Aneh, tidak seperti biasanya, cambuk ini lunak sekali.” Ia mengambilnya dan menunggangi kudanya.

Ketika hari mulai terang, teman si buta melihat bahwa temannya sedang memegang seekor ular. Ia pun berteriak ketakutan, “Kawan, yang kau pegang itu bukan cambuk tetapi seekor ular. Cepat lemparkan sebelum ia menggigitmu!”

Namun si buta hanya tertawa. “Kau iri ya? Aku kehilangan cambukku, namun sebagai gantinya aku mendapatkan yang lebih lunak dan lebih baik. Kau pikir karena aku buta, aku bodoh ya? Aku tidak sebodoh itu, sehingga tidak dapat membedakan cambuk dengan ular.”

“Kawanku,” jawab temannya, “Demi keselamatanmu sendiri, aku mohon, percayalah kepadaku. Buang ular itu.”

Namun si orang buta justeru mengencangkan pegangannya pada ular itu. Ular  terkejut, ia melingkarkan tubuhnya pada pergelangan tangan si buta dan menggigit sehingga si buta tewas seketika.

Kisah Monyet dan Tukang Kayu

| | | 0 komentar

Seekor monyet memperhatikan seorang tukang kayu yang sedang membelah sebatang kayu dengan dua buah baji. Pertama-tama tukang kayu menyisipkan baji yang kecil ke dalam celah kayu, untuk menjaga celah itu tidak tertutup. Kemudian ketika celah sudah cukup lebar, ia memasukkan baji yang lebih besar dan memukulnya dengan palu dan mengeluarkan baji kecil.


Tengah hari tiba, tukang kayu pulang ke rumahnya untuk makan siang. Monyet ingin mencoba membelah kayu. Ketika ia duduk di bangku tukang kayu, tanpa disadari ekornya yang panjang masuk ke dalam celah kayu. Ia memasukkan baji kecil ke dalam celah kayu seperti yang tadi dilakukan tukang kayu. Namun ia lupa memasukkan baji besar sebelum mencabut baji kecil. Kedua belahan kayu menutup dan menjepit ekor monyet. 

Monyet hanya bisa mengerang kesakitan hingga tukang kayu kembali. Tukang kayu memukulnya dan memarahinya. Ia mengatakan bahwa monyet mendapat ganjaran yang sepantasnya karena mencampuri urusan orang lain. Baru setelah itu ia membebaskan sang monyet dari jepitan kayu.









Burung Berkepala Dua

Minggu, 21 Agustus 2011

| | | 0 komentar


Sebatang pohon beringin tumbuh di tepi sebuah danau. Di pohon itu banyak burung membuat sarang. Salah satu burung sangat aneh dan berbeda dengan burung pada umumnya. Burung itu memiliki dua kepala. Masing-masing kepala dapat makan, minum, berpikir dan berbicara sendiri, namun burung itu hanya memiliki satu tubuh dan satu perut.

Pada suatu hari burung itu berjalan-jalan di tepi danau. Kepala pertama burung itu melihat buah yang berwarna merah keemasan di tanah. Buah itu tampak sangat lezat dan kepala pertama memakannya.

“Enak sekali,” katanya, “baru kali ini aku menemukan buah selezat ini.”

“Aku ingin mencobanya,” kata kepala kedua, “Berikan sedikit kepadaku.”

“Tidak,” sahut kepala pertama, “Aku melihatnya duluan. Aku yang berhak memakannya. Lagi pula buah ini nantinya juga masuk ke perut kita berdua. Sama saja bukan, aku atau kau yang makan buah ini?”

Kepala kedua sakit hati mendengar jawaban kepala pertama, namun ia tidak berkata apa-apa.

Beberapa hari kemudian, kepala kedua melihat sejenis buah yang sangat beracun. Kepala kedua segera mengambil beberapa buah dan berkata, “Lihat, aku akan memakan buah ini dan membalas penghinaanmu.”

“Jangan,” kata kepala pertama,”kita berdua memiliki satu tubuh. Bila kau memakannya, kita berdua akan mati.”

“Aku melihat buah ini duluan, aku berhak memakannya.”

Kepala pertama memohon agar kepala kedua tidak memakan buah beracun itu. Namun kepala kedua tidak mau mendengar. Ia memakan buah itu dan sebagai akibatnya, mereka berdua tewas.

Asal Usul Lomba Panjat Pinang

Rabu, 17 Agustus 2011

| | | 0 komentar


Tujuh belas Agustus! Hari kemerdekaan selalu diperingati dengan berbagai lomba, ada lomba makan krupuk, lomba balap karung dan yang tak pernah ketinggalan: lomba panjat pinang! Kamu tahu asal-usul lomba yang selalu meriah dan ramai ditonton orang ini?

Pohon pinang didirikan di lapangan. Pohon pinang dipilih karena batangnya idak tinggi, licin dan tidak bercabang. Batang pohong pinang dilumuri pelumas supaya licin. Di atasnya dipasang lingkaran dari bambu dan berbagai hadiah digantungkan di situ. Dan dipuncaknya, selalu dipasang bendera Merah Putih.

Satu kelompok panjat pinang terdiri dari 5 sampai tujuh orang. Beberapa dipilih yang berbadan besar dan kekar, berperan sebagai fondasi di bagian bawah. Untuk di bagian puncak dipilih orang yang berbadan kecil dan lincah memanjat.  Semua kelompok bergantian memanjat dan memperebutkan hadiah.  Mula-mula satu orang berdiri di depan pohon pinang, orang kedua berdiri di pundaknya, kemudian orang ketiga berdiri di pundak orang kedua  dan seterusnya sehingga tingginya hampir mendekati puncak pohon pinang. Orang yang ada di puncak berusaha meraih hadiah yang tergantung.  Hadiah yang berhasil dijatuhkan menjadi hak kelompok itu.

Memanjat dan berdiri di atas pundak orang lain, sambil menahan beban orang lain di atas tubuhnya hingga 4 sampai 5 orang, dan berusaha mengambil hadiah yang sulit diraih, bukan hal yang mudah.  Apalagi tubuh mereka  juga mau tidak mau terkena pelumas sehingga menjadi licin. Usaha mereka untuk mencapai puncak sering menjadi lucu dan seru sehingga orang suka menonton.


Banyak juga orang yang tidak setuju dengan diadakannya lomba ini, karena dianggap tidak manusiawi dan cukup berbahaya. Kaki-kaki peserta yang terkena pelumas akan ditempeli pasir dan kotoran lain sehingga sering menimbulkan lecet-lecet pada pundak orang yang di bawahnya. Risiko terpleset, kesleo dan terjatuh juga sering terjadi. Namun kebanyakan orang menyukainya karena lomba ini menunjukkan kemauan bekerja keras yang dibutuhkan kerja sama yang kompak untuk berhasil mendapatkan hadiah.

Lomba panjat pinang berasal dari jaman penjajahan Belanda dan merupakan hiburan bagi orang-orang Belanda pada acara-acara besar, dan orang-orang pribumi yang menjadi pesertanya.  Orang-orang Belanda tertawa melihat bagaimana orang-orang pribumi bersusah payah memperebutkan hadiah berupa gula, makanan dan pakaian yang mereka anggap mewah. Mungkin karena itulah lomba ini selalu diadakan pada peringatan kemerdekaan,  sebagai lambang kebebasan bangsa kita dari kekuasaan bangsa lain.


Petani yang Serakah

Senin, 15 Agustus 2011

| | | 0 komentar


Dahulu kala hiduplah seorang petani di desa. Ia selalu ingin mendapatkan banyak uang. Pada musim semi, ia berseru kepada Tuhan, “Jika hari cerah, aku akan menuai gandum.” Pada hari berikutnya, matahari bersinar dengan cerah, sang petani pun menuai sebagian gandumnya.

Setelah itu ia berseru kepada Tuhan lagi, “Seandainya hari ini hujan, pasti baik untuk gandumku.” Esok harinya turun hujan.

Petani itu berkata, ”Jika hujannya lebih lebat, gandumku pasti lebih cepat tumbuh.” Pada hari berikutnya hujan kembali turun.

Musim panas tiba, ia memanen gandumnya dan menumpuknya menjadi satu. Petani berkata, “Tuhan, seandainya Kau memberiku lebih banyak hujan lagi, panenku pasti jauh lebih besar.”

“ Mengapa Engkau tidak memberiku lebih banyak hujan sehingga aku mendapat lebih banyak gandum?” tambahnya dengan kesal.

Tuhan kemudian menurunkan hujan yang sangat lebat sehingga seluruh gandum sang petani hanyut terbawa air.

Angsa Berbulu Emas

| | | 0 komentar



Dahulu kala, hiduplah seekor angsa berbulu emas di sebuah kolam. Ada sebuah rumah di dekat kolam itu, dimana tinggal seorang ibu miskin dan dua orang puterinya. Mereka benar-benar miskin dan hidup menderita. Angsa itu tahu bahwa mereka sedang mengalami masalah. Peluang mendapat uang tambahan. Caranya mudah Klik di sini

Angsa berpikir, “Jika aku memberikan  selembar bulu emasku kepada mereka satu demi satu, ibu itu dapat menjualnya. Mereka akan hidup lebih baik  dengan uang dari penjualan buluku itu.” 

 Angsa itu kemudian terbang ke rumah wanita itu. 

“Angsa,” kata ibu, “Mengapa kau kemari, kami tidak mempunyai apa-apa untukmu.”

“Aku tidak minta apa-apa,” sahut angsa, “Aku ingin memberikan sesuatu kepadamu. Aku tahu keadaan kalian. Aku akan memberikan bulu emasku satu per satu kepadamu. Juallah, maka kalian tidak menderita lagi.”

Angsa mencabut selembar bulunya dan pergi. Dari waktu ke waktu angsa datang dan setiap kali ia memberikan selembar bulu emas.

Ibu dan kedua puterinya hidup  dan berkecukupan dengan menjual bulu-bulu angsa emas.

Namun wanita itu ingin  mengambil semua bulu emas angsa itu. Pada suatu hari ia berkata kepada anaknya, “Jangan percaya kepada angsa itu, mungkin saja ia  tidak pernah datang lagi. Jika ini terjadi, kita akan menjadi miskin lagi. Kita ambil saja semua bulunya ketika ia datang lagi nanti.”

Puteri-puterinya dengan polos berkata, “Ibu, kita akan melukai angsa itu. Kami tidak mau menyakitinya.” Namun sang ibu tetap pada pendiriannya.

Ketika angsa datang lagi, wanita itu menangkapnya dan mencabuti semua bulunya. Namun bulu-bulu emas itu berubah menjadi bulu yang kasar dan aneh . Ibu terkejut melihat bulu-bulu itu.


“Ibu yang malang,” kata angsa, “aku ingin menolongmu, namun sebaliknya kau hendak membunuhku. Aku selalu memberimu bulu-bulu emasku, namun sekarang aku tidak merasa perlu menolongmu lagi. Aku akan pergi dan takkan  pernah kembali lagi.”

Sang ibu menyesal dan minta maaf kepada angsa.

Angsa berkata, “Jangan serakah.”

Ia pun terbang meninggalkan rumah itu dan tak pernah terlihat lagi.

Raja Sulaiman dan Bayi

Minggu, 14 Agustus 2011

| | | 0 komentar



Pada suatu hari, dua orang ibu menghadap raja Sulaiman, membawa seorang bayi. Mereka memperebutkan bayi itu. Keduanya berkeras bayi itu anaknya. Raja Sulaiman tidak dapat memutuskan siapa ibu bayi itu. Maka ia memerintahkan untuk membelah sang bayi  menjadi dua, dan memberikan kedua ibu  masing-masing setengah bayi itu.

Ibu pertama setuju, “Raja sungguh adil. Biarlah bayi ini dibagi dua. Jika aku tidak dapat memilkinya, ia juga tidak mendapatkannya.”

Ibu kedua berlutut, memohon dengan pilu, “Jangan! Jangan sakiti bayi ini. Berikan kepadanya, Aku rela kehilangan bayi ini daripada melihatnya disakiti.”

Raja Sulaiman langsung tahu siapa ibu sang bayi dan mengembalikan bayi itu kepadanya. 

Bagaimana Kaktus Dapat Hidup Tanpa Air?

Minggu, 07 Agustus 2011

| | | 0 komentar


Semua tumbuhan membutuhkan air untuk hidup, termasuk kaktus. Namun kaktus membutuhkan sangat sedikit air sehingga kita sering menganggap kaktus tidak membutuhkan air.

Tumbuhan kaktus berasal dari Amerika.  Kaktus termasuk jenis tumbuhan sukulen yang mampu bertahan hidup di tempat  yang panas atau kering. Tidak seperti tumbuhan lain, sebagian besar kaktus tidak mempunyai  daun. Daun kaktus telah berevolusi menjadi duri-duri. Tumbuhan kaktus terdiri dari batang dan cabang-cabang yang pada sebagian besar kaktus dilapisi lilin. Beberapa jenis kaktus mempunyai daun. Namun daunnya hanya sedikit dan cepat rontok.

Kaktus tidak membutuhkan air sebanyak tumbuhan lain karena kaktus tidak mempunyai  daun sehingga air yang mereka serap tidak menguap sebanyak tumbuhan lain. Cabang-cabang kaktus juga dapat menyimpan air dalam waktu lama. Di samping itu akarnya mampu mencari air  pada musim kering dan menyerapnya dengan baik.