Narcissus dan Echo

Kamis, 07 Juni 2012

| | |

Narcissus adalah seorang pemuda yang sangat rupawan . Banyak yang menyukainya namun Narcissus menolak semuanya. Narcissus suka diperhatikan dan dipuji.  Tak seorang pun sebanding dengan dirinya, demikian selalu terngiang-ngiang di telinganya dan ia suka mengamati rasa iri yang terpancar di wajah orang yang memandangi wajahnya.


Seorang peri hutan bernama Eccho menyukai Narcissus. Rasa cintanya kepada pemuda itu  sebanding dengan kesukaannya membalas perkataan orang lain. Echo selalu berbicara hingga lawan bicaranya tak dapat menjawab lagi.

Pada suatu hari dewi Juno sedang mencari suaminya Jupiter di hutan . Echo mengajak Juno mengobrol sehingga Jupiter yang ingin menghindari isterinya dapat melarikan diri.  Juno gusar, Echo yang sangat suka berbicara itu dikutuknya sehingga hanya bisa menirukan suara yang didengarnya.


Echo sering menunggu Narcissus di dalam hutan, berharap Narcissus melihatnya. Pada suatu hari Narcissus mendengar suara langkah Echo yang mengikutinya di hutan. Ia berseru, “Siapa?” dan Echo menyahut, “Siapa?”


“Kemarilah!” seru Narcissus


“Kemarilah!” tiru Echo.


Narcissus memanggil Echo untuk mendekat. Peri itu sangat bahagia dan karena ia tidak dapat mengatakan siapa dirinya dan rasa cintanya kepada Narcissus, ia memeluk pemuda itu. Narcissus medorongnya dengan marah dan mengusirnya.


Rasa duka yang mendalam membawa Echo kepada ajalnya. Tubuhnya berubah menjadi batu gunung, namun ia tetap menjawab semua suara yang didengarnya.


Narcissus tetap suka mendekati peri-peri dan dalam sekejab meninggalkan mereka. Para dewa kesal dengan tingkah lakunya. Mereka ingin menghukumnya agar ia merasakan perasaan cinta yang dalam namun tidak mendapatkan balasan. Mereka menciptakan sesuatu yang akan dicintainya. Sesuatu yang tidak nyata dan tidak akan pernah membalas rasa cintanya.


Pada suatu hari Narcissus berjalan-jalan di hutan dan menjumpai sebuah kolam. Ia memandang permukaan air kolam dan melihat bayangan.  “Ia cantik sekali,” katanya dalam hati. “Pasti ia peri air yang tinggal di kolam ini.” Ia tidak mengenali bayangannya sendiri.


Narcissus memandangi bayangannya sendiri, makin lama makin ia terpesona. Ia mengulurkan tangannya dan bayangan itu juga mengulurkan tangan kepadanya. Namun ketika tangan Narcissus menyentuh air, bayangan itu lenyap. Narcissus sangat kecewa. Beberapa saat kemudian air tenang kembali dan bayangan itu muncul kembali. Narcissus mencoba menyentuh bayangannya lagi dan kembali bayangan itu meninggalkannya. Akhirnya ia berbaring telungkup, hanya dapat memandangi sosok yang sangat memikat hatinya.


Nascissus menjerit dalam nestapa. Setiap kali ia menjerit, Echo juga menjerit. Narcissus tidak beranjak dari tepi kolam, tidak makan atau minum. Peri-peri berusaha membujuknya meninggalkan tempat itu. Suara Echo mengulangi semua yang mereka ucapkan. Pemuda itu tidak bergeming hingga akhirnya ia meninggal karena berduka. Tubuhnya menjelma menjadi tumbuhan bunga yang kini disebut bunga Narcissus.


Sekarang orang yang suka mengagumi dirinya sendiri secara berlebihan disebut narsis yang diambil dari nama pemuda tampan yang sombong itu. Dan nama Echo digunakan untuk menamai suara yang memantul dan menjadi gema.

 

Gambar: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTf8VIXSOfANECgNbP_c0aMnSqh9aeOH60YFfx22yO7Hnt8OWqBtRLLn7iA

0 komentar:

Posting Komentar